ANALISIS DAN KEPAHAMAN TENTANG
PERAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL, INDIVIDU DAN SPIRITUAL
I.
Peran
Manusia Sebagai Mahkluk Individu
Individu
berasal dari kata in dan devided.
Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan devided
artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam
bahasa latin individu berasal dari kata individium
yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai
untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai
makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak
menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi
ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada
unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia
memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama.
Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan
genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan
faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu
memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga
memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk
pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi
alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang
individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik
yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki
kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid
Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang
merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang
terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika
mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seeorang.
II.
Peran
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut
kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
a. Manusia
tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku
manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi
dengan orang lain
d. Potensi
manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Interaksi Sosial dan Sosialisasi
A.
Interaksi Sosial
Kata interaksi
berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi
adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi
dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi
sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai:
pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau
bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk
dari interaksi sosial.
Interaksi
sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Imitasi
adalah suatu proses peniruan atau meniru.
b. Sugesti
adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu.
Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi
sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu
mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan
atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c. Identifikasi
dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain,
baik secara lahiriah maupun batiniah.
d. Simpati
adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan
seperti juga pada proses identifikasi.
B.
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk
intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap
sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi
sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi
itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta
memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
1. Proses
Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi.
2. Proses
Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan
pertikain.
Adapun
interaksi yang pokok proses-proses adalah:
a. Bentuk
Interaksi Asosiatif
1. Kerja
sama (cooperation)
Kerja sama
timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok
lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama,
yaitu:
-
Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
-
Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah
satu carta untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi
yang bersangkutan
-
Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempynyai tujuan yang sama.
2. Akomodasi
(accomodation)
Adapun
bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
-
Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan karena adanya paksaan.
-
Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang
terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian
terhadap perselisihan yang ada.
-
Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
-
Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak
ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada.
-
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan
pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
-
Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana
pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik
tertentu dalam melakukan pertentangan.
-
Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di
pengadilan.
b. Bentuk
Interaksi Disosiatif
1. Persaingan
(competition)
Persaingan
adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
kekerasan.
2. Kontraversi
(contaversion)
Kontraversi
bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi
ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak
suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan
tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau
pertikaian.
3. Pertentangan
(conflict)
Pertentangan
adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha
untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman
atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan
pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik.
4. Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan
sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other. Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other. Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game
stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya,
tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain
dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap
ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang
dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized
others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena
telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa
ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley
berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama
seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada
tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain
terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap
apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak
yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208)
mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media
massa, dan sistem pendidikan.
C.
Bentuk dan Pola Sosialisasi
a. Bentuk-bentuk
Sosialisasi
Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan
inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti
sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan
berkesinambungan.
b. Pola-pola
Sosialisasi
Pada dasarrnya
kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan pada
penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori yabg merupakan
pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak
menjadi pusat sosialisasi.
D.
Masyarakat dan Komunitas
Masyarakat itu
merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar hubungan,
sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama,
sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan,
sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan
diri, dan memiliki kebudayaan.
a.
Masyarakat Setempat (community)
Masyarakat
setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu wilayah
(dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang
menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya,
dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
b.
Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut
Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda,
khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah
perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan.
Lain dengan pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka
melihat selain kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
c.
Masyarakat Multikultural
Perlu
diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu
pluralitas, keragaman, dan multikultural.
Konsep
pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak).
Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep
multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari
multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun
agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan,
multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu
mereka adalah sama diruang publik.
E.
Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama,
Bermasyarakat, Bernegara dan Kehidupan Global
Problematika
yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi bangsa
dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang
secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan
kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik,
krisis sosial, dan intervensi asing.
Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka ragam.
Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa, alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka ragam.
III.
Peran
Manusia Sebagai Mahkluk Spiritual
Secara fitrah manusia menginginkan “kesatuan dirinya” dengan
Tuhan, karena itulah pergerakan dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah
evolusi spiritual menuju dan mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah
yang akhirnya akan mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi
manusia untuk digunakan sebagai sarana untuk mencapai “spirituality progress”.
Di masa modern sekarang agama adalah kebutuhan pokok yang
tidak bisa lupakan, bahkan tidak sesaat-pun manusia mampu meninggalkan
agamanya, yang mana agama adalah pandangan hidup dan praktik penuntun hidup dan
kehidupan, sejak lahir sampai mati, bahkan sejak mulai tidaur sampai kembali
tidur agama selalu akan memberikan bimbingan, demi menuju hidup sejahtera dunia
dan akhirat. Ponsel yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari
masyarkat Indonesia bisa menjadi alat bantu untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan melalui fitur-fitur spiritual.
Maraknya penggunaan fitur spiritual ini sebenarnya tak hanya
merebak di Indonesia. Menurut Craig Warren Smith, Senior Advisor University of
Washington’s Human Interface Technology Laboratory, spiritual computing telah
ada di negara-negara lain, seperti penggunaan fitur spiritual untuk umat Budha.
Menurut Craig, nantinya fitur spritual akan menjadi faktor penting dalam
keagamaan.
Berdasarkan penelitian beberapa ahli dari Georgia Institute
of Technology Atlanta dan Computer Science & Engineering, University of
Washington tentang Sacred Imagery in Techno-Spiritual Design, biasanya orang
memakai fitur spiritual semacam ini untuk mendukung aktivitas ibadah mereka.
Misalnya Gospel Spectrum, sebuah sistem visualisasi informasi yang memungkinkan
penggunanya mempelajari Bible secara visual. Belum lagi fitur spritual untuk
umat Budha dan sebagainya.
Salah satu contoh fitur spiritual yang dekat dengan
masyarakat Indonesia saat ini adalah Athan Time. Aplikasi ini mengingatkan
penggunanya untuk menjalankan solat lima waktu. Ini merupakan salah satu fitur
yang dibuat untuk mendukung praktik techno-spiritual secara efektif. Selain
itu, fitur ini juga berfungsi menghubungkan orang dengan pengalaman religius
mereka.
Beberapa responden dari penelitian yang dilakukan oleh Susan
P. Wyche, Kelly E. Caine, Benjamin K, Davison, Shwetak N. Patel, Michael
Arteaga, dan Rebecca E. Grinter menyebutkan, penggunaan fitur spiritual Islami,
membuat mereka “melihat dan merasakan” spiritualitas yang ada.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang
membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling
penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk
dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan
mendasar yang perlu dipenuhi. Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang
paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk
dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan
yang berada pada tingkat di bawahnya.
Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan
kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :
1. Kebutuhan Fisiologis. Contohnya
adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan
biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan.
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa
sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah :
memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan
lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan. Contoh :
pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Adalah
kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan
minatnya
6. Menjelang akhir hayatnya, Abraham
Maslow menyadari dan menemukan adanya kebutuhan yang lebih tinggi lagi pada
sebagian manusia tertentu, yaitu yang disebut sebagai : kebutuhan transcendental.
Berbeda dengan kebutuhan lainnya yang bersifa horizontal (berkaitan hubungan
antara manusia dengan manusia), maka kebutuhan transcendental lebih bersifat
vertikal (berakaitan dengan hubungan manusia dengan Sang Pencipta). Muthahhari,
Seorang filsuf muslim dunia yang menghasilkan banyak karya filosofis berharga–
pernah menyatakan bahwa manusia itu sejati dan senyatanya adalah sosok makhluk
spiritual.
Maka tak aneh kalau kemudian muncul istilah Spritual
Quantient (SQ) yang membahas ‘siapa saya’. Istilah SQ menjadi populer melalui
buku SQ: Spritual Quotient,The Ultimate Intelligence (London, 2000) karya Danah
Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford
University. SQ diklaim memiliki dasar dan bukti ilmiah. Pakar neurosains pada
tahun 1990-an menemukan adanya “Titik Tuhan” atau God Spot di dalam otak. Titik
Tuhan ini adalah sekumpulan jaringan saraf yang terletak di daerah lobus
temporal otak, bagian yang terletak di balik pelipis. Dari eksperimen yang
menggunakan sensor magnetis ditemukan adanya korelasi antara aktivitas berpikir
tentang hal sakral seperti kedamaian, cinta, kesatuan, Tuhan dengan aktivitas
magnet pada lobus temporal otak.
Sumber Materi
wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/definisi-manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-makhluk-sosial/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/manusia-adalah-makhluk-spiritual/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar