I.
MODEL
KONSEP KURIKULUM
Macam-macam model konsep kurikulum
Secara umum pengertian
kurikulum adalah alat yang yang berisikan tujuan, isi, proses dan hasil,
yang dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan jika bagimanapun bentuk kurikulumnya haruslah sesuai dengan tujuan
awal pendidikannya. Namun bagaimanapun juga bentuk kurikulumnya maka tidak akan
banyak berguna jika digunakan pada zaman yang salah.
Mengapa diakatakan zaman yang salah, hal ini berkaitan
dengan kehidupan manusia yang kian lama kian maju dan semakin canggih. Oleh
karenanya akan tidak relevan menggunakan kurikulum tradisional ditengah zaman
modern seperti sekarang ini. Tak berarti juga kurikulum harus berpatok pada
tekhnologi mengingat masih banyak daerah-daerah yang perkembangan tekhnologinya
masih tertinggal. Dengan kata lain penggunaannya masih harus disesuaikan dengan
lingkungan sekitar peserta didik dan tempat pelaksanaan proses belajar
mengajar. Namun harus tetap mampu menyiapkan peserta didik yang berguna dimasa yang
akan datang.
Model konsep kurikulum yang sangat erat dengan aliran
pendidikan ini telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Diantaranya ada 4
model konsep kurikulum yang sering dipelajari dan sering digunakan. Empat model konsep kurikulum itu
adalah kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi
sosial, dan kurikulum teknologis.
Berikut sedikit penjelasan singkat tentang 4 model konsep
kurikulum di atas:
1. Kurikulum
subjek akademis
Kurikulum subjek akademis ini merupakan kurikulum yang
mengutamakan isi (subject matter). Kurikulum ini berisikan kumpulan bahan ajar
dan rencana pembelajaran. Target utama dari kurikulum ini adalah penguasaan
materi yang sebanyak-banyaknya.
2. Kurikulum
humanistik
Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang mengutamakan
proses belajar mengajar. Kurikulum dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta
didik. Peran guru sangat besar dalam memberikan suasana belajar yang nyaman
kepada peserta didiknya. Target utama dari kurikulum ini adalah mengembangkan
peserta didik menjadi pribadi yang mandiri.
3. Kurikulum
rekonstruksi sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial merupakan kurikulum yang
bertujuan mempersiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan dalam
dunia kerja. Kurikulum ini menuntut sekolah untuk dapat mengembangkan kehidupan
sosial siswa dan bagaimana siswa dapat bergabung atau berpartisipasi dalam
kehidupan masyarakat.
4. Kurikulum
tekhnologis
Kurikulum tekhnologis ini merupakan kurikulum yang
menggabungkan antara ilmu pengetahuan dengan tekhnologi (dalam artian positif).
Dengan maksud agar proses pembelajaran disekolah dapat lebih efektif dan efisien
dengan dukungan tekhnologi.
II.
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan-pendekatan
pengembangan kurikulum
Pada dasarnya strategi dan
pendekatan adalah berbeda. Hal ini berarti strategi lebih sempit dari pada
pendekatan. Pendekatan kurikulum ialah cara kerja dengan cara menerapkan
strategi dan metode yang tepat dengan mengikut langkah-langkah pengembangan
yang sistematis untuk menghaislkan kurikulum yang lebih baik. Ada berbagai
macam pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kurikulum, yaitu :
Mula-mula pelaksanan dalam
perencanaan dan pengembanagan kurikulum itu berdasarkan materi. Initi dari proses
belajar megajara ialah ditentukan oleh pemilihan materi. Pendekatan ini
diterapkan di indonesia dalm kurikulum sebelum kurikulum 1975. Kelebihan
pendekatan ini ialah bahan pengajaran lebih flexible dan bebas dalam
menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya ialah tujuan pengajaran
kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai
untuk pengajaran.
2.
Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatn ini menempatkan rumusan
atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan
adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar megajar . Penyusunana
dengan pendekatan berdasarkan tujuan bahwa tujuan pendidikan dicantumkan
terlebih dahulu. Dari tujuan-tujuan ini menjadi tujuan yang terperinci, yang
akhirnya ke tujuan yang bersifat operasional.
3.
Pendekatan dengan pola organisasi bahan
Pendekatan ini dapat dilihat dari
pola pendekatan: subject matter curicululm, correlated curriculum, dan
integrated curriculum.
-
Pendekatan pola subject matter curriculum. Pendekatan
ini penekanannya pada mata pelajaran secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah,
ilmu bumi, biologi dan lainnya. Mata pelajaran ini tidak berhubungan satu
dengan yang lainnya.
-
Pendekatan pola correlated curriculum pendekatan
dengan pola mengkelompokkan beberapa mata pelajaran yang seiring, yang bisa
secara dekat berhubungan. Misalnya: ipa, ips, dan sebagainya.
-
Pendekatan pola integrated curriculum pendekatan ini
didasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini
tidak hanya merupakan kesimpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti
tertentu. Dalam hal ini, tidak hanya melalui pelajaran yang terpisah-pisah,
namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batas tertentu dan
masing-masing bahan pelajaran.
4.
Pendekatan rekonstruksionalisme
Pendekatan ini memfokuskan kurikulum
pada masalah penting yang dihadapi masyarakat, seperti polusi, ledakan,
penduduk, malapetaka akibat tujuan teknologi. Dalam gerakan ini terdapat dua
kelompok yang sangat berbeda pandangan terhadap kurkulum, yaitu :
a. Rekonstruksionalisme
konservatif, pendekatan ini mneganjurkan agar pendidikan ditujukan kepada
peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari
penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
b. Rekonstruksionalisme
radikal, pendekatan ini menganjurkan agar pendidik formal maupun non0formal
mengabdikan diri demi tercapainya tatanan social baru berdasarkan pembagian kekuasaan
dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
5.
Pendekatan humanistic
Kurikulum ini berpusat pada siswa
dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bahan
integral dari proses belajar. Para pendidk humanistic yakin, bahwa
kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam
kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
6.
pendekatan
akuntabilitas
Accountability lemabaga pendidikan
tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal
penting dalam dunia pendidikan. Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar
dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf
keberhasilan siswa untuk mencapai satandar itu.
III.
Jenis-jenis
organisasi kurikulum
1. Mata
pelajaran terpisah (separated curriculum)
Kurikulum
ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang
terpisah-pisah satu sama lain, terlepas
dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.[8] Beberapa hal positif dari
separated curriculum ini adalah : Bahan pelajaran disajikan secara sistematis
dan logis dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu, Kurikulum
ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk,
didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah
disesuaikan dengan waktu yang ada.
Sedangkan
beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran
terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian
mengandung kelemahan: banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna
tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung
statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman.
2. Mata
pelajaran gabungan (corelated curriculum)
Yaitu
kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara satu pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya, tetapi tetap memperhatikan cirri atau karakteristik tiap
bidang studi tersebut. Misalnya Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk
saling memperkuat. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis
mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan.
Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah
kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini
dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih
mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi
untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama
denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang
bersifat moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan
prinsip-prinsip moral sosial dan etika. Beberapa kelebihan kurikulum ini
adalah: Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas
(berpadu). Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang
lain, minat murid bertambah. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan
mendalam karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi maka yang
diutamakan adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta,
dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi
murid-murid. Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran gabungan
ini adalah : Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam
kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject centered. Brood fields tidak
memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam untuk sesuatu mata
pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal mengikuti
pelajaran di perguruan tinggi.
3. Kurikulum
terpadu (integrated curriculum)
Yaitu
kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa
mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.[10]
Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat
pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik,
berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat
dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.
a. Bentuk
kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi
yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan
dimanfaatkan guna pemecahan masalah. Sistem penyampaian menggunakan sistem
pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter
unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.
b. Segala
sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta
yang terlepas satu sama lain.
c. Kurikulum
ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan
kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
d. Kurikulum
ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
e. Aktifitas
anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan berkerja
sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
f. Kurikulum
ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.
Di
samping itu kurikulum ini juga mempunyai beberapa kelemahan yang diantaranya
ialah:
a. Guru
belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini.
b. Organisasin
kurang sitematis
c. Tugas-tuganya
memberatkan guru.
d. Tidak
memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas di sekolah-sekolah satu
sama lain.
e. Siswa
dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum.
f. Sarana
dan prasarana yang kurang memadai.
Adapun
dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :
a. Kurikulum
inti (core curriculum)
Kurikulum
ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan
meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.
Ciri
yang membedakan kurikulum inti, yaitu: Kurikulum inti menekankan kepada
nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu kebudayaan memberikan
stabilitas dan kesatuan pada masyarakat. Struktur kurikulum inti ditentukan
oleh problem sosial. Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah
: Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan
dan direncanakan secara terus-menerus. Isi kurikulum yang dikembangkan
merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan.
Isi
kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi
secara aktual. Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang
bersifat pribadi maupun sosial. Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk
semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya
bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi.
Manfaat
kurikulum inti adalah: Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat
Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar. Kurikulum
ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat. Kurikulum
ini sesuai dengan paham demokrasi. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan
minat.
b. Kurikulum
yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social functions and
persistens situations).
Dalam
pengembangan kurikulum ini di dasarkan pada lingkungan social anak didik,
sehingga pelajaran yang di peroleh
memiliki fungsi dan makna bagi kehidupan sehari-hari dan tidak terpisah
dengan kondisi masyarakat.
c. Kurikulum
yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and activity
curriculum)
Kurikulum
ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan
kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk
kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa. Kurikulum
ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak lebih
banyak menerima (passive). Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah:
Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik
bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan
reel atau minatnya. Belajar merupakan transaksi aktif. Belajar secara aktif
memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai
tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar